FPK News, Semarang- Pada hari Senin, 20 Mei 2024, Gedung Planetarium UIN Walisongo Semarang menjadi saksi pelaksanaan Seminar Internasional dengan tema “Moderate Religion in a Diverse Society: Insight from Psycho-Anthropology”. Acara yang dihadiri oleh sekitar 250 perwakilan mahasiswa Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK), mahasiswa aktifis, serta seluruh dosen dan tenaga kependidikan FPK ini berlangsung meriah dan penuh antusiasme.

Seminar ini dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor I, Prof. Dr. H. Mukhsin Jamil, M.Ag. Dalam sambutannya, Prof. Mukhsin menekankan pentingnya moderasi beragama di tengah masyarakat yang majemuk. “Moderasi beragama adalah kunci untuk menjaga kerukunan dan keharmonisan dalam masyarakat yang beragam. Melalui pendekatan psiko-antropologi, kita dapat memahami lebih dalam bagaimana nilai-nilai moderasi ini dapat diterapkan secara efektif dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Prof. Mukhsin.

Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Psikologi dan Kesehatan, Prof. Dr. Baidi Bukhori, S.Ag., M.Si. menyampaikan pentingnya tema yang diangkat dalam seminar kali ini. “Di tengah kompleksitas masyarakat yang beragam, moderasi beragama menjadi esensi dalam menciptakan harmoni dan toleransi. Melalui seminar ini, kita berharap dapat memperkaya wawasan dan memperdalam pemahaman kita tentang peran agama moderat dalam menjaga kerukunan sosial,” ujar beliau. Prof. Baidi juga mengucapkan terima kasih kepada para peserta dan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam menyukseskan acara ini.

Seminar Internasional ini menghadirkan dua pembicara ternama. Pembicara pertama, Mr. Prof. Ronald Lukens-Bull, Ph.D., adalah Professor of Anthropology and Religious Studies dari University of North Florida. Dalam paparannya, Prof. Lukens-Bull menekankan bahwa moderasi beragama bukan sekadar menjaga keseimbangan dalam beragama, tetapi juga menghargai dan menghormati keberagaman keyakinan yang ada di masyarakat. “Moderate religion is not just about maintaining a balanced approach to faith, but also about recognizing and respecting the diverse beliefs that coexist within our society. This perspective encourages individuals to connect with their spirituality in ways that promote empathy, reduce prejudice, and enhance social cohesion,” ungkapnya. Beliau juga menambahkan bahwa melalui pendekatan psiko-antropologi, kita dapat lebih memahami bagaimana keyakinan agama dapat menjadi kekuatan positif dalam masyarakat yang beragam.

Pembicara kedua, Dr. Nadiatus Salama, Ph.D., yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan 1 bidang akademik dan kelembagaan FPK UIN Walisongo, menyampaikan pentingnya moderasi beragama dari perspektif psikologi. Dr. Nadiatus menekankan bahwa moderasi beragama dapat membantu individu mengatasi konflik internal dan eksternal yang berkaitan dengan identitas dan kepercayaan. “Pendekatan psiko-antropologi memberikan kita alat untuk memahami bagaimana individu dan komunitas dapat mengelola perbedaan agama dan budaya dengan cara yang konstruktif. Ini bukan hanya tentang mengurangi ketegangan, tetapi juga tentang membangun hubungan yang saling menghormati dan produktif,” jelasnya. Dr. Nadiatus juga membahas tentang bagaimana pendekatan personal dalam memahami dan mengelola keyakinan agama dapat membantu dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan toleran.

Selain presentasi dari kedua pembicara utama, seminar ini juga diisi dengan sesi tanya jawab yang interaktif. Para peserta, baik dari kalangan mahasiswa maupun dosen, berkesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan berdiskusi langsung dengan para pembicara. Diskusi yang terjadi sangat dinamis dan mendalam, mencerminkan antusiasme dan keingintahuan yang tinggi dari para peserta mengenai topik yang dibahas.

Dalam sesi tanya jawab, banyak pertanyaan yang diajukan terkait dengan penerapan moderasi beragama dalam konteks kehidupan sehari-hari. Salah satu pertanyaan menarik datang dari seorang mahasiswa Psikologi Gilang P, yang menanyakan bagaimana cara efektif untuk mengatasi konflik yang disebabkan oleh perbedaan keyakinan agama di lingkungan kampus. Menanggapi pertanyaan ini, Prof. Lukens-Bull memberikan saran praktis tentang pentingnya dialog antaragama dan pendidikan yang inklusif. “Creating spaces for interfaith dialogue and ensuring that education systems incorporate teachings on religious tolerance and empathy are crucial steps in addressing such conflicts,” jawab beliau.

Acara ini diakhiri dengan penutupan resmi oleh Prof. Dr. Baidi Bukhori, yang mengapresiasi partisipasi aktif dari semua pihak. “Saya berharap apa yang kita pelajari hari ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari kita, baik di lingkungan kampus maupun di masyarakat luas. Mari kita terus berkomitmen untuk mempromosikan moderasi beragama sebagai jalan menuju kedamaian dan harmoni,” pungkasnya. Prof. Baidi juga mengucapkan terima kasih kepada para pembicara atas kontribusi mereka yang berharga dalam seminar ini.

Seminar Internasional ini tidak hanya menjadi ajang berbagi ilmu, tetapi juga mempererat hubungan antara civitas akademika FPK UIN Walisongo dengan para pakar dari luar. Melalui acara seperti ini, diharapkan akan terus terjalin sinergi yang kuat dalam upaya memajukan ilmu pengetahuan dan membangun masyarakat yang toleran dan inklusif. Dengan berakhirnya seminar ini, diharapkan seluruh peserta dapat membawa pulang wawasan baru yang berguna dalam kehidupan akademik maupun sosial mereka, serta semakin memahami pentingnya moderasi beragama dalam menciptakan masyarakat yang damai dan harmonis. *LH*