FPK News, Malang- Pada Jumat, 14 Juni 2024, Program Studi Gizi Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK) UIN Walisongo Semarang melaksanakan kegiatan benchmarking ke Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Brawijaya Malang. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan percepatan kelulusan mahasiswa melalui pertukaran pengetahuan dan pengalaman dengan institusi yang memiliki reputasi unggul di bidangnya.

Acara dimulai dengan sambutan hangat dari Dr. Nurul Muslihah, SP, M.Kes, ketua tim penerima dari Prodi Gizi Universitas Brawijaya. Rombongan dari UIN Walisongo dipimpin oleh H. Moh. Arifin, S.Ag, M.Hum, yang didampingi oleh lima anggota yaitu Farohatus Sholichah, SKM.,M.Gizi, Nur Hayati, S.Pd., M.Si, Puji Lestari, S.K.M. M.P.H, Farid Ma’ruf, S.Pd, dan Sukis. Pihak Universitas Brawijaya juga diwakili oleh tim yang terdiri dari Titis Sari Kusuma, Catur Saptaning Wilujeng, dan Micho Widyanto.

Prosesi diskusi di ruang sidang prodi Gizi FIKES Universitas Brawijaya Malang

Diskusi diawali dengan pemaparan tentang Kurikulum Outcome-Based Education (OBE) yang diterapkan di Prodi Gizi Universitas Brawijaya. Dr. Nurul Muslihah menjelaskan bahwa kurikulum OBE dirancang untuk memastikan lulusan memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. “Kurikulum ini menekankan pada hasil belajar yang terukur dan relevan dengan industri, sehingga para lulusan dapat langsung berkontribusi secara efektif di tempat kerja,” ujarnya.

Ciri khas pembelajaran menggunakan Problem-Based Learning (PBL) menjadi topik diskusi berikutnya. Titis Sari Kusuma menjelaskan bahwa metode PBL telah diakui keefektifannya oleh para pengguna lulusan. “Dalam PBL, mahasiswa diberikan kasus nyata untuk dianalisis, didiskusikan, dan dipresentasikan. Proses ini ditutup dengan pleno yang memastikan semua konsep telah dipahami dengan baik,” katanya. Ia menambahkan bahwa terdapat ruang khusus untuk PBL dengan kapasitas maksimal 15 orang per kelompok, yang memastikan proses belajar mengajar lebih interaktif dan fokus.

Percepatan kelulusan mahasiswa menjadi salah satu perhatian utama dalam diskusi. Catur Saptaning Wilujeng memaparkan trik-trik yang diterapkan di Prodi Gizi Universitas Brawijaya, antara lain pengajuan judul skripsi di akhir semester 5, seminar proposal di semester 6, dan seminar hasil di semester 7. “Meskipun nilai tugas akhir baru muncul di semester 8, kami memastikan bahwa proses PKG (magang) baru dilakukan pada semester tersebut untuk memaksimalkan persiapan mahasiswa,” jelasnya.

Selain itu, prodi memiliki Penanggung Jawab Tugas Akhir (PJ TA) yang bertugas melakukan audiensi terkait tugas akhir dengan mahasiswa. “Setiap mahasiswa hanya memiliki satu pembimbing skripsi dan satu penguji seminar proposal/hasil, untuk memastikan bimbingan yang fokus dan intensif,” tambah Micho Widyanto. Kurikulum juga diatur sedemikian rupa sehingga hanya terdapat lima mata kuliah umum dari universitas/fakultas, sisanya adalah mata kuliah khusus gizi. “Jika terdapat mata kuliah yang dianggap penting, dapat disampaikan pada saat matrikulasi atau stadium general,” imbuhnya.

Pembahasan berlanjut pada implementasi MBKM. Dr. Nurul Muslihah menjelaskan bahwa sistem pengkodean mata kuliah MBKM disesuaikan dengan lima peminatan yang ditawarkan. “Kami menyediakan paket peminatan yang sesuai dengan tempat magang mahasiswa. Setiap paket disusun berdasarkan penjaringan informasi tentang tempat magang dan LoA mahasiswa,” katanya. Ia juga menambahkan bahwa sistem ini memudahkan administrasi dan pemantauan proses pembelajaran.

Nur Hayati dari UIN Walisongo menyoroti manfaat sistem ini dalam memfasilitasi program inbound dan outbound MBKM. “Dengan adanya sistem pengkodean yang jelas dan paket peminatan, mahasiswa kami dapat lebih mudah melakukan pertukaran pelajar dan program magang di berbagai institusi,” ujarnya.

H. Moh. Arifin, S.Ag, M.Hum, mengungkapkan rasa terima kasih dan apresiasinya terhadap penerimaan yang hangat dan informasi berharga yang diberikan oleh pihak Universitas Brawijaya. “Kunjungan ini memberikan kami banyak wawasan baru dan inspirasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di prodi kami. Kami berharap dapat menerapkan beberapa strategi yang telah dipelajari di sini untuk meningkatkan proses pembelajaran dan percepatan kelulusan mahasiswa,” tuturnya.

Dr. Nurul Muslihah juga menyampaikan kegembiraannya atas kunjungan ini. “Kami senang dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan rekan-rekan dari UIN Walisongo. Semoga kerjasama ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di bidang gizi,” ujarnya.

Diskusi yang berlangsung produktif ini diakhiri dengan sesi foto bersama, menandai komitmen bersama untuk terus berkolaborasi dan berbagi pengetahuan. Farochatus Sholihsh, salah satu anggota rombongan dari UIN Walisongo, menyatakan antusiasmenya, “Kami sangat terkesan dengan sistem pengelolaan prodi yang diterapkan di Universitas Brawijaya. Pengalaman ini akan sangat berguna bagi kami dalam meningkatkan kualitas pendidikan di kampus kami.”

Benchmarking Prodi Gizi FPK UIN Walisongo ke Universitas Brawijaya tidak hanya menjadi ajang untuk belajar dan berbagi pengalaman, tetapi juga memperkuat hubungan antara dua institusi pendidikan tinggi ini. Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, diharapkan Prodi Gizi di kedua universitas ini dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi dunia pendidikan dan kesehatan di Indonesia. *LH*