FPK-News- Semarang, 19 Mei 2025 – Program kerja diskusi dari HMJ Psikologi UIN Walisongo Semarang yaitu Psychodiscuss #2 berhasil berjalan dengan lancar. Psychodiscuss dengan wajah baru yang diselenggarakan di ruang teater planetarium ini ternyata berhasil menarik perhatian puluhan peserta dari berbagai instansi dan universitas. Tema yang diangkat, yaitu “Dari Layar ke Hati: Menyikap Realita Dunia Autisme”, diusung berdasarkan fakta lapangan dari dulu hingga sekarang yang dipenuhi oleh stigma negatif dan anggapan remeh yang ditunjukan masyarakat kepada individu dengan autisme. Psychodisscuss #2 ini berbeda dengan psychodiscuss sebelumnya, karena pada acara kali ini diawali oleh menonton Film dokumenter yang berjudul Asa Luar Biasa.

Psychodiscuss #2 mengundang tiga narasumber yaitu Lani Setyadi, S.Pd, CST, direktur yayasan yogasmara, Tries Supardi, yaitu sutradara Film Asa Luar Biasa, dan yang ketiga adalah Reva yaitu seorang yang mengalami gangguan autisme. Dengan ketiga narasumber itu, tema Psychodiscuss digali secara mendalam oleh tiga narasumber dengan perspektif yang berbeda. Autisme merupakan salah satu tema yang harus kita beri perhatian di era ini, mengingat masifnya stigma dari masyarakat terhadap individu dengan autisme.

Menonton film dokumenter “Asa Luar Biasa” selepas pre-test dilakukan sebagai pemantik materi. Film ini menceritakan tentang lika-liku kehidupan individu dengan autisme. Film dokumenter yang disutradarai oleh Tries Supardi ini begitu menyajikan kehangatan disetiap scene nya, selain itu, film ini juga berhasil membuat derai air mata penonton karena visualisasi kasih sayang dan dukungan keluarga di dalam setiap proses individu dengan autisme bertumbuh.

Dalam film tersebut, disajikan secara konkrit dan faktual tentang kehidupan sehari-hari individu dengan autisme. Salah satu peserta, Maritza Khansa dari kelas Psikologi 2A mengemukakan pendapatnya “Film nya sangat memiliki pemaknaan yang besar, film yang

membuka mata kita tentang realita perlakuan masyarakat kepada individu dengan autisme. Film ini memberi pengingat serta mengajarkan bahwa kita perlu merangkul individu dengan autisme, menganggap setara, dan menghargai mereka.”

Selepas menonton film, Lani Setyadi  S.Pd. CST, sebagai pemateri sekaligus Ketua Yayasan Yogasmara berhasil memaparkan materinya dengan lugas dan rinci. Ia mengawali dengan dengan memberikan pemahaman mengenai definisi autisme, karakteristik autisme serta menerangkan bahwa individu dengan autisme sejatinya memiliki kebutuhan yang sama dengan anak yang lain. Individu yang suka bermain dan bersenang-senang. “Mereka adalah manusia-manusia istimewa, yang perlu diperlakukan selayaknya manusia, namun yang terjadi, individu dengan autisme sering dianggap aib oleh keluarga” ucapnya di sela materi. Ibu Lani juga memberi pesan kepada seluruh masyarakat agar selalu memberikan ruang inklusi kepada individu dengan autisme agar bertumbuh selayaknya manusia lain. Selain itu, Ibu Lany juga mengingatkan bahwa autisme bukanlah sebuah penyakit, melainkan sebuah gangguan, sehingga tidak diperbolehkan melazimkan sebutan “pengidap autisme”.

Para peserta sangat fokus dalam memahami materi yang disampaikan, tercermin pada antusiasme yang tercipta dalam sesi tanya jawab. Mereka mengemukakan pertanyaan yang kritis dan analitis mengenai individu dengan autisme, seperti faktor yang berpengaruh,tanda-tanda awal, hingga cara menyikapi dan membuat ruang hangat nan inklusif bagi mereka.

Setelah pemaparan materi dan tanya jawab, acara dilanjutkan dengan menonton penampilan musik yang dibawakan oleh Kak Farah, seorang vokalis The Harfest dan Reva sebagai salah satu anggota perkumpulan pemuda pemudi autistic Jawa Tengah. Mereka menyanyikan lagu Asa Luar Biasa dan Langit Sore. Alunan yang indah seolah menyelipkan semangat yang besar dapat menghipnotis para penonton untuk menikmati setiap baitnya.

Psychodiscuss #2 dilanjutkan dengan sesi Mini Talk Show yang diisi oleh Sutradara Film Asa Luar Biasa yaitu Tries Supriadi, Lani Setyadi, dan Reva sebagai seorang dewasa autisme. Talk Show mengalir interaktif dengan Kak Tries yang menceritakan proses pembuatan Film Dokumenter Asa Luar Biasa. “ Film ini merupakan film yang memakan waktu produksi yang cukup lama. Namun karena saya sudah terhubung dengan baik dengan teman-teman autisme,hal ini menjadi langkah yang mudah dalam produksinya.” Kak Tries menambahkan harapan tentang film tersebut untuk memberikan dukungan serta sebagai cara mengubah stigma masyarakat dalam menyikapi individu dengan autisme. Ia juga berharap, masyarakat lebih bersedia merangkul individu dengan autisme.

Sesi Talk Show tidak hanya diisi dengan pembahasan mengenai produksi film, tetapi pengalaman yang didapat oleh Kak Reva, selama tumbuh sebagai individu dengan autisme. “Menjadi individu dengan autisme tidak boleh menyerah, harus tetap berusaha, meski kita dilahirkan dengan kekurangan” begitu ucapnya mengawali pembicaraan. Kak Reva dengan selipan semangat yang berbinar disetiap ucapannya, mengungkapkan bahwa menginspirasi orang lain adalah salah satu tugas individu dengan autisme, ia juga membakar semangat bagi individu dengan autisme lainnya untuk terus berjuang, berkarya, dan beradaptasi. Kak Reva turut menambahkan di akhir “Individu dengan autisme bukanlah produk gagal, karena Tuhan tidak pernah gagal” yang berhasil menciptakan haru biru seluruh peserta.

“Psychodiscuss #2 berlangsung lancar yang mendapat banyak dukungan dari berbagai lini, baik dari peserta, panitia, hingga media partner yang turut antusias untuk memperoleh insight tentang dunia autisme dengan berpartisipasi dalam sesi diskusi dan tanya jawab yang dinamis dari narasumber. Para peserta tak hanya mendapatkan wawasan baru, tetapi juga tergerak untuk lebih berempati serta membantu menyediakan ruang inklusi yang positif kepada individu dengan autisme.

Psychodiscuss #2 yang mengangkat tema Dari Layar ke Hati: Menyikap Realita Dunia Autisme, membuktikan bahwa HMJ Psikologi UIN Walisongo mendukung gerakan global untuk meningkatkan kesadaran terhadap individu dengan autisme. Dengan terlaksananya acara ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memperluas kepedulian kepada mereka.